Prodi Pariwisata BINUS menyelenggarakan Kuliah Umum Online tentang Immersive Technology dan Kepariwisataan (4 Juni 2022)
Pada Sabtu, 4 Juni 2022 lalu, Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Bina Nusantara, menyelenggarakan studium generale (SG) atau kuliah umum dengan tema Immersive Technology in Indonesia Tourism: Potentials and Challenges. SG 2022 ini menampilkan empat pembicara, yaitu Dr. Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dr. Johan Muliadi Kerta, S.Kom., MM sebagai dosen Teknologi Informasi sekaligus direktur Universitas BINUS Bandung, Dr. Parinya Nakpathom dari Universitas Burapha di Thailand, dan Reza Permadi, S.T., M.Par. sebagai perwakilan Atourin.
Foto 1. Poster SG 2002 Destinasi Pariwisata BINUS University
Dalam SG yang diselenggarakan secara online melalui Zoom dan dihadiri sekitar 300 peserta tersebut, para pembicara berbagi wawasan sesuai keahlian masing-masing. Pak Sandi selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berbagi informasi tentang program-program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, termasuk penerapan immersive technology (IM) dalam sektor kepariwisataan di Indonesia. Pak Johan sebagi dosen TI berbagi wawasan tentang potensi dan tantangan penerapan IM di Indonesia secara umum. Pak Parinya dari Thailand berbagi wawasan tentang perkembangan dan penerapan IM dalam industri pariwisata di Thailand. Sedangkan Pak Reza berbagi wawasan tentang Metaverse dalam pariwisata secara umum.
Gambar 2. Pak Menparekraf, Sandiaga Uno, sedang berbagi materi melalui zoom
Selain pemaparan materi dari para keempat pembicara, SG 2022 juga diselingi dengan pemutaran beberapa video pendek tentang beberapa daya tarik wisata alam dan budaya di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Tempat-tempat yang ditampilkan mencakup desa kopi Colol, kampung adat Bena, kampung adat Nunungongo, danau tiga warna Kelimutu, dan desa adat Koja Doi. Video-video teresebut diiringi dengan narasi yang dibawakan oleh masing-masing dosen prodi Pariwisata BINUS untuk memberikan gambaran daya atarik di Flores serta contoh penerapan virtual tour sebagai contoh IM. Video diambil antara akhir Maret hingga awal April 2022 sebagai kegiatan initiative project prodi dengan dana dari BINUS University. Sesuai dengan tema video, SG 2022 juga mengundang Wakil Bupati Nagekeo, Flores, Bapak Marianus Waja, S.H., dan Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Nagekeo, Ibu Rustien Triatmi, S.P., yang juga hadir dalam acara tersebut. Menjelang akhir acara, dibuka sesi tanya jawab antara peserta dan pemateri, dan dua orang penanya dengan pertanyaan terbaik mendapat hadiah. Selain itu, panitia juga memilih tiga pemenang pengunggah IG story dengan like terbanyak tentang pengalaman atau kesan-kesan mereka terjadap SG 2022 di akun IG-nya masing-masing.
Gambar 3. Virtual tour Desa Kopi Colol di Flores, NTT
Melalui pemaparan pembicara, dapat disimpulkan bahwa immersive technology adalah integrasi virtual content (konten maya) dengan lingkungan fisik yang dapat menghadirkan pengalaman seolah-olah pengguna berada dalam dunia maya yang diciptakan tersebut. Dalam perkembangannya, penerapan IM pada awalnya banyak berkembang dari dunia games, sebagai contoh Pokemon Go yang sempat tenar beberapa tahun lalu. Dalam perkembangannya, IM diterapkan di banyak bidang untuk berbagai tujuan, seperti simulasi, termasuk dalam dunia kepariwisataan – terutama selama pandemik Covid-19 dengan munculnya virtual tour sebagai alternatif cara berwisata ketika pergerakan manusia dibatasi. Sedangkan tantangan penerapan IM di Indonesia secara umum mencakup pembangunan prasarana dan sarana disebabkan biaya yang tinggi, hingga yang sifatnya individual, seperti digital fatigue, atau kelelahan yang dialami sesrorang akibat terlalu banyak menggunakan IM. Sedangkan dari sisi peluang, Indonesia memiliki peluang besar dalam penerapan IM karena potensi pariwisatanya yang besar. Akan tetapi, semaju apapun IM nantinya, mungkin tidak akan dapat menggantikan pengalaman nyata yang didapat seorang wisatawan secara langsung ketika berkunjung ke daya tarik atau destinasi pariwisata. Oleh karena itu, IM akan lebih memberi nilai tambah (added value) terhadap pengalaman yang dicari seorang wisatawan.
Sebagai tambahan, SG 2002 ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kontribusi para mahasiswa Prodi Destinasi Pariwisata, terutama Binusian 2024, yang telah mempersiapkan dan menyelenggarakan acara ini dengan baik. Selain itu, SG 2022 ini juga didukung oleh pihak-pihak kolaborasi, mencakup DKV School of Design BINUS University, Anugrah Wisata, dan Atourin.
Gambar 4. Tim penyelenggara SG 2022, yang terdiri dari mahasiswa
dan dosen Prodi Destinasi Pariwisata BINUS University, berpose setelah acara
Nah, bagaimana menurut kamu? Apakah kamu setuju bahwa immersive technologi hanya akan memberi nilai tambah terhadap pengalaman seorang wisatawan dalam berkunjung ke sebuah daya tarik wisata dan destinasi wisata, atau bisa lebih dari itu? Tulis di kolom komentar ya.
Sampai jumpa di SG berikutnya.