Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU No 6 Tahun 2014). Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. ( Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).

Perdesaan mengalami ketimpangan antara pembangunan desa dengan kota akibat pendekatan pembangunan sentralistik. Memperhatikan kenyataan ini, pemerintah mengalihkan pendekatan terhadap strategi pembangunan yang mengarah kepada kebijakan desentralisasi. Desentralisasi ini menjadi penting karena daerah dapat berupaya untuk meminimalisasi ketimpangan hasil pembangunan sentralisasi saat ini dengan diterbitkannya UU. NO.32 / 2004. Undang undang ini menetapkan bahwa desentralisasi atau otonomi daerah merupakan salah satu jalan keluar bagi kurang diperhatikannya daerah – daerah selama ini. Hal ini terjadi karena efek pembangunan sentralisasi menjadikan kota akan mengalami kepadatan penduduk yang semakin tinggi disebabkan terbukanya kesempatan kerja di berbagai bidang. Kondisi ini memicu mereka yang memiliki alam berpikir rasional (modern) untuk memanfaatkan waktu, tenaga dan ketrampilan seadanya untuk melakukan urbanisasi. Alasan mereka memang rasional karena mereka berusaha mencari tempat/daerah yang relatif lebih banyak mempunyai kesempatan ekonomis. Sebaliknya, desa masih bertumpu pada sektor pertanian tradisional yakni tergantung dari musim dan kondisi lahan. Kondisi desa semakin kehilangan tenaga kerja off farm. Keadaan pertanian tradisional yang tidak bersifat menghasilkan dan memberikan pendapatan secara cepat dan langsung (quick yielding), membuat kondisi perekonomian desa semakin rapuh dan kurang.

Rapuhnya perekonomian desa adalah kondisi kecenderungan kondisi yang dialami oleh sebagian besar masyarakat di negara-negara sedang berkembang. Hal ini memang sulit untuk dielakkan karena percepatan mekanisme ekonomis di kota jelas akan mengalahkan petumbuhan ekonomi di pedesaan. Dari sini muncul ketimpangan pertumbuhan kota dan desa yang semakin mencolok. Di sisi lain, kota memiliki visi modern dan dinamis, sedangkan desa karakternya lamban dan tradisional, namun hal ini bukanlah menjadi alasan utama dan harus dicarikan alternatif penyelesaiannya. Perlu adanya upaya-upaya pemberdayaan potensi daerah guna membangun masyarakat desa sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi tingkat kabupaten dan dibawahnya.

Sebuah desa bisa dibangun dengan memanfaatkan potensi yang ada di daerah tersebut terlebih jika desa tersebut memiliki potensi yang luar biasa. Obyek pembangunan adalah desa secara keseluruhan yang meliputi potensi manusia (sumber daya manusia), sumber daya alam dan teknologinya, serta mencakup segala aspek budaya dan penghidupan yang ada di pedesaan. Sehingga menjadikan desa memiliki klasifikasi desa swasembada. Desa swasembada yaitu suatu desa yang berkembang dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya menunjukkan kenyataan yang makin meningkat seiring waktu nantinya.

Upaya agar menjadi desa swasembada ini salah satunya adalah menjadikan desa menjadi wisata perdesaan. Wisata Perdesaan adalah jenis produk pariwisata yang berada di desa (atau bagian dari desa, misalnya dusun) atau di beberapa desa yang membentuk satu kesatuan kawasan perdesaan, dikembangkan tanpa harus menjadikan wilayah perdesaan berubah drastis menjadi perkotaan. Umumnya berskala kecil.

Wisata perdesaan biasanya berupa kawasan perdesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti hasil budidaya khas daerah ini, makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Sumberdaya alam alam dan lingkungan alam yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor penting dari sebuah kawasan desa wisata.

Contoh keberhasilan wisata perdesaan adalah Kampung Inggris terletak di Pare Kediri. Kediri pasti bukan tempat yang asing  lagi bagi kebanyakan orang di Indonesia khususnya yang ingin memperdalam kursus bahasa Inggris dan kursus bahasa Jepang. Lebih dari sekedar tempat belajar. Desa kecil yang penuh dengan pendatang dari berbagai daerah ini mengajarkan kita untuk bersosialisasi, toleransi, hidup sederhana, perjuangan, semangat, keindahan, keharmonisan, keselarasan, keseimbangan dan impian. Sebagai pendatang alias tamu di tempat orang asing pastinya harus bisa bersikap sesuai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat setempat. Disana pelajaran hidup itu pasti didapat, selain harus bisa bersosialisasi dengan pendatang lain juga harus menghormati budaya penduduk asli setempat. Kost adalah pilihan yang paling tepat untuk siapapun yang berniat memperdalam grammar karena lebih punya banyak waktu untuk belajar dari pada tinggal di camp. Camp lebih tepat untuk mereka yang ingin memperdalam speaking karena ada program pagi, siang, sore dan kewajiban menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari sehingga ketrampilan berbicara lebih terasah secara reguler. Bangun sebelum subuh untuk mengantri mandi sesuai dengan budaya penduduk desa yang mengajarkan kedisiplinan dan ketertiban layaknya warga desa setempat. Akomodasi di kampung pun hanya menggunakan sepeda onthel, jarang sekali yang menggunakan sepeda motor sehingga bebas polusi, udara yang sejuk serta senyum sapa sepanjang jalan. Kampung dengan suasana kehidupan yang penuh dengan kedamaian hal yang berbeda dengan susana kota. Pendatang diajarkan untuk hidup sederhana dengan makan ala kadarnya. Hal ini menjadikan daya tarik kampung Inggris bagi wisatawan pelajar (kompasiana.com, 2016).

Kampung Inggris merupakan salah satu inspirasi untuk pengembangan wisata perdesaan bagi Kampung  Wangun Desa Pasirmulya Banjaran Bandung Jawa Barat. Kampung Wangun ini berada di kaki Gunung Puntang yang kaya akan tanaman kopi Puntangnya.  Kampung Wangun adalah salah satu dari sepuluh kampung yang berada dalam satu Desa Pasir Mulya. Masyarakat daerah ini mayoritas adalah petani kopi. Kampung ini memiliki keunikan Kopi Arabika Puntangnya sehingga memenangkan juara pertama di dunia internasional.

Potensi Kampung Wangun untuk menjadi wisata perdesaan sangatlah tinggi. Jika Kampung Wangun ini berhasil menjadi wisata perdesaan kopi makan akan bisa  menjadi pilot projek bagi sembilan kampung lainnya yang memiliki potensi yang berbeda. Kerap kali keberhasilan suatu kampung akan mendatangkan efek snowball bagi kampung sekitarnya dan hal ini baik bagi pertumbuhan ekonomi daerah ini dan sekitarnya. Jika dilihat dari infrastruktur yang ada saat ini, kampung Wangun sudah sangat siap untuk dikembangkan menjadi wisata perdesaan. Perkampungan yang memiliki potensi alam yang sangat tradisional dan eksotis serta kekayaan alam Kopinya yang luar biasa.

Selain berbagai keunikan akan panen kopi puntangnya tersebut, kawasan wisata perdesaaan yang diharapkan akan nanti mensyaratkan memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas-fasilitas yang seyogyanya ada di suatu kawasan desa wisata antara lain: sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, akomodasi dan lain lain. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana penginapan berupa pondok-pondok wisata (home stay) sehingga para pengunjung dapat merasakan suasana perdesaan petani kopi yang masih asli. Desa ini bisa menjual gaya hidup petani kopi bagi turis lokal ataupun non lokal yang tertarik datang ke sini, dimana kopi puntang yang terkenal di dunia internasional bisa menjadi daya tarik yang luar biasa bagi turis terutama turis luar yang sangat suka budaya tradisional yang eksotis.

Potensi Kampung Wangun untuk menjadi wisata perdesaaan didukung oleh:

  1. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah setempat karena kondisi di desa ini masih banyak perlu perbaikan agar memenuhi prasyarat ini, namun jalan yang ada menarik digunkan untuk traking wisatawan dan masih layak dilalui bagi pejalan kaki. Eco-recreation: Kegiatan pertanian, pertunjukan kesenian lokal, memancing ikan di kolam, jalan-jalan di desa (hiking), biking di desa dan lain sebagainya
  2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa indahnya alam yang masih asri, seni budaya, legenda kopi Puntang dan legenda lainnya yang bisa dieksplorasi bagi turis, makanan lokal dan kopi Puntangnya, dan homestay bagi turis untuk melebur dengan petani kopi agar menikmati pola hidup budaya petani Puntang sehari-hari bisa dikembangkan sebagai obyek wisata. Guna memperkaya Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di suatu desa wisata, dapat dibangun Eco-lodge. Eco-lodge adalah renovasi homestay agar memenuhi persyaratan akomodasi wisatawan, atau membangun guest house berupa, bamboo house, traditional house, log house, dan lain sebagainya dan Eco-research : Meneliti flora dan fauna yang ada di desa, dan mengembangkan produk yang dihasilkan di desa, serta meneliti keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di desa tersebut, dan sebagainya.

  1. Beriklim sejuk dan dingin, sehat bagi kesehatan. Hal ini bisa menjadi terapi bagi tamu yang membutuhkan relaksasi pikiran dan fisik.

Disisi lain, dibutuhkan peranan pemerintah setempat dan bantuan dari pihak akademisi untuk bisa mempersiapkan masyarakat desa dan aparat desanya dengan cara:

  1. Mengedukasi masyarakat dan aparat desanya untuk bisa menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya dengan memberikan layanan konsumen tentang produk dan budaya desanya dengan profesional, sehingga bisa teguh dalam memegang adat budaya desanya yang menjadi keunikan kampung ini.
  2. Mempersiapkan kondisi keamananan yang sewajarnya dibutuhkan oleh para wisatawan juga bagi masyarakat setempatnya.
  3. Perlunya promosi mengenai perdesaan ini dan hal ini bisa dibantu dengan cara pemasaran online dengan media website yang menggambarkan keunikan dan eksotisnya dari Kampung Wangun ini. Desa wisata harus sering dipromosikan melalui berbagai media, oleh karena itu desa atau kabupaten. Hal ini dapat dibantu dengan membuat portal website tentang indahnya desa ini dan budaya yang bisa dinikmati para wisatawan. Hal ini mengingat website bisa dijadikan media promosi yang sangat efektif yang tidak mengenal jarak dan waktu. Website ini dapat dilihat oleh wisatan seluruh dunia sehingga akan menarik wisatan untuk berkunjungke desa ini.
  4. Perlunya kerjasama dengan agen travel turis agar bisa membantu turis lokal maupun asing datang ke lokasi ini.
  5. Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Pemberdayaan SDM ini bisa dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain sebagainya, serta di bidang-bidang kepariwisataan secara sederhana dan tepat sasaran. Pendidikan diperlukan untuk tenaga-tenaga yang akan dipekerjakan dalam kegiatan manajerial yang sesuai dengan pengembangan potensi daerah tersebut. Untuk itu, sebaiknya ditugaskan generasi muda dari desa yang bersangkutan untuk dididik pelatihan untuk mampu menerima dan melayani wisatawan. Keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain sebagainya diberikan kepada para petugas kepariwisataan di desa, kecamatan, dan kabupaten, karena penduduk desa umumnya hanya mempunyai keterampilan bertani. Kepada mereka dapat diberikan pelatihan keterampilan lain untuk menambah kegiatan usaha di desa tersebut yang mencirikan daerah asli tersebut.
  6. Pola kemitraan atau kerjasama dapat saling menguntungkan antara pihak pengelola desa wisata dengan para travel atau pengusaha pariwisata di kota atau pihak Pembina desa wisata dalam hal ini pihak dinas pariwisata daerah. Bidang-bidang usaha yang bisa dikerjasamakan, antara lain seperti : bidang akomodasi, perjalanan, promosi, pelatihan, dan lain-lain.
  7. Peran aparat desa. Kegiatan Pemerintahan di Desa. Kegiatan dalam rangka desa wisata yang dilakukan oleh pemerintah desa, antara lain seperti : Rapat-rapat dinas, pameran pembangunan, dan upacara-upacara hari-hari besar diselenggarakan di desa wisata.
  8. Festival Kopi. Jika dimungkinkan diadakan festival wisata kopi dengan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik wisatawan atau penduduk desa lain untuk mengunjungi desa wisata tersebut.
  9. Mengembangkan Unit Kecil Menengah (UKM) usaha – usaha penduduk setempat di desa tersebut agar bisa mengembangkan diri dan menjadi UKM yang mampu mendukung pendapatan penduduk setempat.

Pembangunan desa wisata mempunyai manfaat ganda daerah tersebut maupun bagi negara dalam hal bidang ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain. Manfaat ganda dari pembangunan desa wisata, adalah:

  1. Ekonomi : Meningkatkan perekonomian nasional, regional, dan masyarakat lokal.
  2. Sosial : Membuka lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi masyarakat di desa.
  3. Pendidikan : memperluas wawasan dan cara berfikir orang-orang desa untuk maju tanpa dengan tetap mengandalkan budaya daerahnya serta mendidik cara hidup bersih dan sehat.
  4. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) : Meningkatkan ilmu dan teknologi bidang kepariwisataan di daerah tersebut.
  5. Sosial budaya : Menggali dan mengembangkan seni dan budaya asli daerah yang jarang ditemui di kota sehingga bisa dilestarikan sepanjang jaman dan menjadi keunikan daerah tersebut sehingga menarik wisatawan.
  6. Sadar lingkungan (Darling), yaitu menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan bagi kehidupan manusia kini dan di masa datang.

Ide dari penelitian ini adalah pentingnya unutk mengangkat desa penghasil produk kopi Puntang, budaya petani kopi Puntang di level nasional bahkan international dan . Kesederhanaan budaya petani kopi dan keunikan kopi puntang akan sangat memikat wisatawan lokal dan terutama wisatawan asing untuk hadir ke desa ini. Mereka bisa menikmati kopi Puntang yang disajikan oleh petani asli sini yang tahu betul cara mengolah kopi ini serta menikmati hidup bersama dengan penduduk desa setempat selayaknya petani Kopi Puntang ini dengan kondisi tradisionalnya yang sangat tradisional dan menarik. Penatnya suasana kota dan modern nya budaya umumnya kota dan juga negara maju, fenoma ketradisionalan petani Kopi Puntang yang tersohor ini akan menarik untuk dinikmati sebagai objek wisata yang menarik. Bagaimana dan seperti apa tinggal dnegan par petani ini dalam bentuk homestay ini akan memberikan pengalaman yang luar biasa bagi turis atau wisatawan.

Referensi:

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata (2015), Pedoman Pengembangan Destinasi Wisata Perdesaan.

Wanda George, Heather Mair and Donald G. Reid (2009), Rural Tourism Development, Localism and Cultural Change

Derek Hall, Irene Kirkpatrick and Morag Mitchell (2005), Rural Tourism and Sustainable Business