Segmen pasar untuk wisata budaya akan mencari pengalaman dan sesuatu yang tidak hanya otentik, namun juga dapat dibawakan dengan interpretasi yang baik, sehingga ada sesuatu pelajaran yang dapat diperoleh pada saat melakukan perjalanan wisata.  Mereka masih akan tertarik kepada peninggalan sejarah permukiman tradisional, dan berbagai upacara atau tarian serta berbagai bentuk kesenian budaya. Selain pemeliharaan otentisitas dan pemeliharaan untuk kelestarian sebagai sumberdaya wisata, diperlukan interpreter, lebih dari sekedar pemandu, yang dapat berkomunikasi dengan baik – membawakan materi secara bertanggung jawab.  Wisatawan kelompok ini adalah wisatawan yang serius ingin mendengar penuturan yang jelas dan sesungguhnya. Bagi mereka peninggalan berbagai benda purbakala tidak cukup dimanfaatkan hanya sebagai objek fotografi, namun perlu dijelaskan tentang elemen-elemen budaya yang lengkap, berkembang atau berubah, serta berbagai isu budaya yang berlangsung.

Selain peningkatan kualitas asetnya dan bagaimana informasi disampaikan kelompok ini juga memerlukan elemen baru untuk meningkatkan nilai sumber daya yang dikeluarkannya (uang dan waktu) value for money and time atas kunjungannya. Elemen yang perlu adalah penyediaan museum yang dengan baik akan merupakan daya tarik penunjang terhadap elemen utama. Tipologi wisatawan yang mempunyai ketertarikan pada wisata budaya pada umumnya adalah psikosentrik, yakni wisatawan yang cenderung mengunjungi daya tarik yang sudah “mapan” mudah dijangkau dan pada umumnya tidak terlalu jauh dari akomodasi tempat wisatawan menginap, namun mereka masih mau mengunjungi daya tarik lain selain budaya tetapi tetap masih dapat dijangkau dari lokasi akomodasi tempat menginap atau daya tarik yang termasuk dalam paket wisata.

Wisata budaya merupakan aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan dengan tujuan untuk menyaksikan atau menikmati situs purbakala, tempat bersejarah, museum, upacara adat tradisional, upacara keagamaan, pertunjukan kesenian, festival, dan lain sebagainya. Sebagai proses, wisata budaya merupakan aktivitas pertukaran informasi dan simbol-simbol budaya antara wisatawan sebagai tamu dengan masyarakat yang didatangi sebagai tuan rumah.  Di Indonesia, kebudayaan sangat erat kaitannya dengan unsur-unsur alam sehingga dengan demikian aktivitas wisata budaya tidak dapat terlepas pula dengan kegiatan ekowisata.

Pengembangan daya tarik wisata budaya ini diharapkan agar wisatawan dapat melihat, mengetahui dan memahami budaya secara lebih mendalam, bukan untuk tujuan berekreasi di lokasi daya tarik yang memiliki nilai budaya untuk dihargai.  Peran interpreter dalam pengembangan produk wisata budaya sangat penting, menjadi penentu kualitas pengalaman wisatawan. Hal ini perlu mendapat perhatian lebih mengingat wisatawan kemungkinan kesulitan untuk memahami berbagai aspek kebudayaan. Sehingga dengan demikian berbagai daya tarik wisata berbasis budaya terutama yang bersifat kebendaan dapat dinikmati tidak hanya sebagai objek fotografi semata, tetapi memiliki nilai tambah berupa pengetahuan apa saja yang saja yang terkandung pada objek tersebut.