Pasar merupakan tempat fisik dimana penjual dan pembeli berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa (Kotler:2002). Tiap negara pasti memiliki pasar apapun jenisnya, tak terkecuali Indonesia. Negara Kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke ini memiliki berbagai jenis pasar mulai dari pasar tradisional hingga modern. Barang yang dijual di pasar Indonesia pun sangat beragam, mulai dari barang primer dan sekunder hingga barang-barang tersier. Berbicara mengenai pasar, Indonesia memiliki banyak sekali pasar tradisional tak terkecuali di Ibukota sekaligus ikon utama Indonesia, Jakarta.

            Dibalik gemerlap cahaya gedung-gedung pencakar langit kota Jakarta, terdapat banyak pasar tradisional yang selalu jadi incaran masyarakat dari berbagai penjuru daerah bahkan dunia seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, dan juga Pasar Asemka. Ketiga pasar tersebut sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia khususnya ibukota. Karena, ketiga pasar tersebut dikenal dengan produk-produknya yang serba murah. Namun, Pada kesempatan kali ini, penulis hanya akan membahas lebih lanjut mengenai salah satu diantara ketiga pasar tersebut, yakni Pasar Asemka yang berlokasi di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.

            Berdasarkan salah satu essay yang berjudul “Membangun Pasar Tradisional dengan Konsep Wisata ” yang ditulis oleh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Dias Satria, Pasar Tradisional di beberapa negara maju menjadi salah satu atraksi wisata yang menyenangkan dan menambah pengalaman wisatawannya. Karena, pasar tradisional dijadikan sebagai pusat ekonomi kerakyatan sekaligus tempat untuk bertemu dengan rekan-rekan sejawat. Oleh karena itu, tidak heran jika di sekitar pasar tradisional yang terdapat di beberapa negara maju, tumbuh dan berkembang beberapa warung makan dan minum lokal yang menyediakan masakan-masakan lokal. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa pasar tradisional menjadi salah satu destinasi favorit pilihan wisatawan mancanegara di beberapa negara maju karena kearifan lokal mereka yang berkualitas namun ramah kantong disajikan kehadapan wisatawan dengan bangganya.

            Selain itu, Natasha Cindy dalam bukunya yang berjudul “Wisata Pasar Khas di Jakarta: Jalan-jalan keliling pasar di daerah Jakarta ” mengungkapkan bahwasanya pasar dapat dikatakan sebagai destinasi wisata alternatif bagi wisatawan seperti pasar tematik yang menjual produk dengan ciri khas tertentu yang unik dan seru untuk dinikmati oleh wisatawan. Salah satu diantara beragamnya pasar tematik yang masih tradisional di Jakarta adalah Pasar Asemka.

            Asemka merupakan salah satu pasar di jakarta barat yang terkenal dengan harga barangnya yang sangat murah meriah mulai dari berbagai aksesoris, mainan, perlengkapan sekolah, perkakas rumah tangga, perlengkapan olahraga, hingga kosmetik dapat ditemukan keberadaanya di pasar ini. Pasar ini bisa dikatakan cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Hal tersebut terjadi karena Pasar Asemka ini memang terkenal karena harganya yang jauh lebih murah dan kualitasnya yang tidak main-main. Sayangnya, lokasi Pasar Asemka ini tidak terkelola dengan baik sehingga kondisi pasar ini justru semrawut karena kepadatan lalu lintas, keamanan berbelanja yang tidak terjamin, serta bau polusi bercampur limbah sampah yang kian memenuhi atmosfir Pasar Asemka.

            Keberadaan Pasar Asemka ini sejatinya memang tidak terlalu mengganggu lalu lintas kendaraan pada umumnya. Namun meski begitu, kemacetan yang terjadi setiap hari di kawasan Pasar Asemka ini mengganggu aktifitas jual-beli yang terjadi di Pasar ini. Kemacetan ini tak lain terjadi karena ketidak-teraturan para pedagang di Asemka. Para pedagang tidak memiliki tempat khusus untuk berdagang sehingga mereka secara bebas berjualan di sisi kanan kiri jalan dan juga di kolong fly-over yang pada akhirnya justru mengganggu fungsi jalan raya yang seharusnya. Keberadaan pedagang yang jumlahnya ratusan bahkan mungkin mencapai ribuan ini tak pernah dilirik oleh pemerintah ibukota bertahun-tahun lamanya. Bahkan mirisnya sejak tahun 2006 menurut pandangan pribadi, Pasar Asemka tak pernah berubah dan bahkan Selalu identik dengan 3 kata ini: Padat, Polusi, dan Panas. Selain itu, karena persebaran pedagang yang tidak teratur, keamanan di Pasar Asemka juga merupakan hal yang patut disoroti karena keberadaan pencopet, penjambret, dan preman pasar yang tidak terdeteksi. Hal ini tentu saja menimbulkan keresahan dalam benak penjual dan pembeli ketika datang ke pasar ini.

            Kondisi Pasar Asemka yang sudah semrawut ini diperparah dengan atmosfir pasar yang penuh dengan polusi serta bau tak sedap yang berasal dari sampah berserakan di jalanan. Meski banyak pelanggan yang pada akhirnya memaklumi kondisi Pasar Asemka yang seperti ini demi mendapat berbagai barang kebutuhan dengan harga murah, namun tak jarang pula banyak pelanggan yang mengeluh karna kondisi Pasar Asemka yang justru makin sulit dijangkau dengan kendaraan karena maraknya pedagang berkeliaran di pinggiran jalanan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, terlintaslah sebuah solusi yang sekiranya dapat membantu kenyamanan proses jual-beli di Pasar Asemka yakni, penyegaran kondisi pasar berupa pembangunan gedung khusus yang menampung para pedagang yang berkeliaran di kolong tol serta kanan-kiri jalan. Pembangunan gedung ini dapat dilakukan diatas lahan gedung pasar pagi lama yang kondisinya sudah sangat mengenaskan dan terlihat mengerikan. Pembangunan yang dilakukan harus berkiblat pada Pasar Tanah Abang dan Thamrin City. Karena, kedua pasar tersebut terbukti efektif menjadi kawasan jual-beli barang secara tertib dan terkelola. Sehingga, dengan begitu, Pasar Asemka pun diharapkan menjadi pasar yang lebih nyaman bagi penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi karena lokasi pedagang yang tertib dan mudah ditemukan, aman dari kejahatan yang tak terduga, serta udara bersih yang nantinya akan tercipta dengan sendirinya ketika penyegaran telah berhasil dilakukan.

Editor: HU