Merencanakan Perjalanan bertema Warisan Budaya ke Kalimantan Barat
Artikel ini ditulis oleh mahasiswa / Binusian 2025 Destinasi Pariwisata Semester Satu (Tahun Perkuliahan 2021/2022) untuk mata kuliah Indonesian Culture, History, and Heritage: Leonardo Lawrence, Vita Chandra Wahyudi, Sena Aditya Ramadhan, dan Melisa, dan di-edit oleh dosen mata kuliah bersangkutan, Teguh Amor Patria. Artikel dibuat sebagai tugas untuk mata kuliah terkait dan tidak bersifat komersial.
Kalimantan Barat memiliki beberapa kelompok etnis, yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Pulau ini memiliki banyak warısan budaya yang mungkin belum diketahui oleh banyak orang. Pelestarian warisan budaya sangat diperlukan agar budaya lokal dapat terus berkembang dan dikenal.
Pertama, ada perayaan Cap Go Meh di Singkawang yang merupakan festival kebudayaan serta upacara keagamaan yang dilakukan di hari ke-15 setelah hari raya Imlek, yang dihitung sesuai penanggalan kalender Tionghoa. Kedua, ada perayaan Naik Dango yang merupakan upacara adat masyarakat Dayak di Kalimantan Barat dan dilakukan setiap tahun setelah masa panen.
Untuk perjalanan kebudayaan ini, kami akan berangkat tanggal 13 Februari 2022 dari Jakarta, lebih tepatnya Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Supadio di Pontianak yang memakan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit. Setibanya di Pontianak, kami akan melanjutkan perjalanan ke Rumah Radakng yang merupakan rumah adat terbesar suku Dayak di Kalimantan Barat. Di bagian bawah Rumah Radakng terdapat toko cinderamata khas Kalimantan Barat. Setelah itu, kami akan melanjutkan perjalanan ke Keraton Kadariah yang memiliki artefak atau benda-benda bersejarah, seperti beragam perhiasan yang dipakai turun-temurun sejak jaman dahulu.
Rumah Radakng (sumber: https://travelingyuk.com/rumah-adat-radakng/142107)
Rumah Radakng berfungsi sebagai tempat kegiatan seni dan budaya, seperti upacara perayaan Naik Dangoserta, sebagai spot foto, dan tempat membuat konten pengenalan budaya. Upacara Naik Dango dilaksanakan setiap tahun setelah panen. Upacara adat ini dilakukan untuk menyampaikan rasa syukur terhadap sang pencipta atas berkah yang diberikan-Nya berupa hasil panen (padi) yang berlimpah.
Keraton Kadariah diisi barang-barang peninggalan dari raja, meriam, benda-benda kuno, barang pecah belah, dan foto keluarga yang mulai pudar. Terdapat juga cermin antik dari Perancis yang berada di aula utama yang sering disebut “Kaca Seribu”. Cermin antik ini disebut dengan “Kaca Seribu” dikarenakan kaca yang berhadapan sehingga siapapun yang mendekatnya, kaca akan memantulkan benda/orang sampai tak terhingga.
Keraton Kadariah (sumber: https://travelingyuk.com/rumah-adat-radakng/142107)
Pada hari kedua, kami akan melakukan perjalanan dari Pontianak ke Singkawang yang memakan waktu kurang lebih 4 jam. Tujuan kami di Singkawang adalah mengikuti rangkaian acara perayaan Cap Go Meh. Setelah ritual Cap Go Meh ini selesai, kami akan kembali untuk beristirahat, untuk menunggu keesokan harinya di puncak perayaan Cap Go Meh.
Salah satu perigean dalam acara Cap Go Meh (sumber:https://m.tribunnews.com/amp/regional/2019/02/19/link-live-streaming-cap-go-meh-singkawang-dan-pontianak-ada-atraksi-tatung-dan-replika-naga)
Jalan besar di kota Singkawang akan ditutup sementara untuk kelancaran perayaan Cap Go Meh. Semua masyarakat kota Singkawang, wisatawab, serta tamu VIP (jajaran pemerintah) berkumpul di sepanjang ruas jalan dan panggung khusus. Setelah semua tamu dan rombongan Cap Go Meh siap, pawai akan dimulai dari titik kumpul dengan urutan Paskibraka, Drumband, diikuti atraksi Barongsai dan Naga, serta yang paling identik dengan Cap Go Meh yaitu atraksi Tatung. Setelah rangkaian Cap Go Meh selesai, maka selesailah perjalanan kami di Kalimantan. Kami pun akan kembali ke Jakarta.
Satu hari sebelum Cap Go Meh, ada ritual yang bernama Cuci Jalan dan Buka Mata untuk Barongsai dan Liong (naga). Kedua ritual tersebut dipercaya untuk mengusir roh jahat di seluruh kota agar perayaan Cap Go Meh dapat berjalan dengan lancar dan selamat. Ritual ini dilaksanakan selama sehari (dari pagi sampai sore) dengan mengunjungi Pekong-Pekong (klenteng) besar yang tersebar di kota Singkawang.
Pada hari puncak perayaan Cap Go Meh, terdapat atraksi Tatung yang merupakan sekelompok orang yang dirasuki oleh roh-roh baik yang dipercayai merupakan tokoh-tokoh penting di dalam legenda Tionghoa, seperti Jenderal dan Dewa. Atraksi Tatung ini merupakan atraksi menusukkan benda tajam ke bagian wajah atau leher tetapi tidak mengeluarkan darah karena sedang dalam kondisi kerasukan atau kebal.