Experiencing Chinese Culture in Jakarta: Sebuah Walking Tour yang Diprakarsai oleh Mahasiswa BINUS
Mahasiswa BINUS University, khususnya Program Studi Pariwisata, menggali budaya china yang ada di Jakarta melalui sebuah walking tour bertema: Experiencing Chinese Culture in Jakarta. Dalam tur ini, penyelenggara juga memperlihatkan akulturasi budaya betawi yang dipengaruhi oleh budaya Tiongkok. Tour ini dilaksanakan pada Tanggal 9 Desember 2022, diselenggarakan oleh mahasiswa program studi Pariwisata Universitas Bina Nusantara, dan diikuti oleh 10 peserta walking tour. Trip ini merupakan bagian dari tugas project dari mata kuliah Travel Industry.
Perjalanan dimulai di pagi hari, sekitar pukul 8.30 dengan titik kumpul di Gedung Chandra Naya. Bangunan ini merupakan sebuah rumah besar dengan arsitektur Tionghoa klasik, yang terletak di tengah-tengah gedung-gedung tinggi modern seperti hotel dan apartment. Rumah ini dahulu dimiliki seorang mayor Tionghoa di Batavia bernama Mayor Khouw Kim An.
Perjalanan dilanjutkan ke Petak 6 Glodok. Disana peserta tur menikmati panganan khas tiongkok, yang beberapa juga disebutkan sebagai makanan khas orang betawi, seperti cempedak goreng. Makanan khas tiongkok yang bisa ditemukan di Petak 6 antara lain adalah: Kuotie Panggang, Ngo Hiong, Kwetiaw Gosong, Es Goyang, Dimsum, Kue Pukis, dan lain sebagainya.
Petak 9 menjadi daya tarik wisata yang dikunjungi ketiga setelah petak 6. Di Petak 9, peserta tur diajak untuk melewati gang-gang sempit dan berkelok-kelok, konon katanya dulu gang-gang tersebut sengaja dibuat berliku-liku agar tentara Belanda kesulitan mengejar warga pribumi.
Di Petak 9 ini, peserta juga diajak untuk mengunjungi beberapa tempat ibadah Klenteng, diantaranya Klenteng Toa Se Bio. Akulturasi Budaya China pada Budaya Betawi terlihat sekali di Klenteng ini, karena pada setiap perayaan hari besar, alat musik tradisional Gambang Kromong akan dimainkan. Tempat lainnya yang menarik untuk dikunjungi yaitu Gereja Santa Maria Fatima, bangunan gereja ini memiliki dekorasi Tionghoa klasik dengan pintu tua besar dan dekorasi jamur tipikal Tiongkok.
Walking tour diakhiri dengan kunjungan ke Pantjoran Tea House. Disana, peserta walking tur dapat menikmati hidangan ala chinese dan mempelajari cara tradisional menyeduh teh, atau disebut juga dengan Gong Fu Cha. Pantjoran Tea House beroperasi di bangunan tua berusia kurang lebih 100 tahun, yang sejak Tahun 2015 menjadi salah satu bangunan cagar budaya. Dahulu bangunan ini merupakan Apotheek Chung Hwa. Saat ini, pemilik Pantjoran Tea House berusaha melestarikan kebiasaan Kapitan Gan Djie, seorang dermawan yang memiliki kebiasaan menyajikan delapan teko teh (patekoan) gratis untuk pejalan kaki yang kehausan. Jadi siapapun yang melewati Pantjoran Tea House, boleh menikmati teh khas secara gratis tepat di depan tea house – nya.