Parno (60), seorang sopir bus PO Shantika mengatakan bahwa belakangan ini klakson telolet lebih sering digunakan bus pariwisata. Mereka memasangnya karena penumpang sering meminta untuk menyalakan klakson telolet. Penumpang juga suka menanyakan klakson telolet yang membuat para penumpang senang dan akan kecewa bila tidak memiliki klakson tersebut. Menurut beliau, bus pariwisata bahkan wajib memiliki bus telolet karena pariwisata identik dengan keramaian. Dengan kata lain, perlu “diramaikan” melalui beragam aksesori, salah satunya klakson telolet. Klakson telolet dibutuhkan agar tidak seolah-olah sepi dan penumpang pasti akan menanyakan klakson telolet dan adanya rasa malu bagi para sopir.

Warga yang antusias menyaksikan lomba telolet yang digelar Paguyuban Pelaku Wisata. Sumber: kompas

Romli (41). Seorang sopir bus PO BEJEU juga menuturkan hal yang sama. Namun beliau menegaskan bahwa jenis bus apa pun akan tetap kena razia oleh Dishub karena sudah ada peraturan dari Kemenhub bahwa seluruh operator bus dilarang memasang klakson telolet. Beberapa tahun lalu, bus reguler juga memasang klakson telolet karena penggunaan klakson telolet sedang booming. Namun hal tersebut menjadi berbahaya karena tidak jarang warga berada di pinggir jalan untuk meminta klakson dibunyikan. Bahkan ada juga anak-anak yang mengejar atau mencegat bus demi mendengar suara klakson yang unik itu. 

Larangan membunyikan klakson telolet. Sumber: solo pos

Oleh karena itu, penertiban terjadi baik penertiban warga maupun bus dan di terminal-terminal bus juga rutin mengadakan razia bus telolet. Menurut Parno, hal tersebut cukup beresiko bagi sopir bus yang sering keluar masuk terminal karena mereka bisa ditilang jika ketahuan memasang klakson telolet.

Sumber berita: https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/26/20215151/klakson-telolet-lebih-sering-dipakai-bus-pariwisata-sopir-sering-diminta#google_vignette

Sumber Featured Image: https://www.beritatrans.com/artikel/240781/Bus-Pakai-Klakson-Telolet-Dilarang-di-Kota-Tengerang/