Desa Muntei merupakan desa wisata yang terletak di Mentawai, Sumatera Barat. Desa ini memiliki luas sekitar 20.400 hektare yang terdiri dari hutan seluas 4 ribu hektare, 4 ribu hektare area ternak, 6 ribu hektare ladang, 1.200 hektare sawah. Dengan mayoritas masyarakat setempat berprofesi sebagai petani dan peternak.

Penyambutan wisatawan di Desa Muntei

Berbeda dari desa wisata lainnya, Desa Muntei memiliki seni rajah tubuh atau tato sebagai salah satu daya tarik wisata yang paling dicari-cari oleh wisatawan. Mengapa seni tato di desa ini menjadi sangat terkenal dan digemari oleh wisatawan? Nah hal ini terjadi karena Desa Muntei memiliki seni tato tertua di dunia, tradisi tato di etnis Mentawai sudah ada sejak 1500-500 Sebelum Masehi atau zaman Logam. Bagi masyarakat Muntei, tato merupakan busana abadi dan juga sebagai simbol yang mencerminkan keselarasan antara manusia dan alam sekitarnya. Seni tato ini juga biasa disebut Titi oleh masyarakat setempat.

Artis Darius Sinathrya menjalani prosesi Titi saat berkunjung ke Mentawai

Proses pengerjaan tato pun tidak sama dengan tato biasa, di Muntei seni tato dilakukan pada saat usia 7 tahun yang dilakukan oleh sipatiti, seniman tato. Sebelum itu akan diadakan upacara adat atau Punen Enegat yang akan dipimpin oleh sikerei atau dukun, dan harus menyembelih satu ekor babi untuk sekali tato. Proses pembuatan tato dilakukan tanpa menggunakan bius sehingga tato tidak bisa dikerjakan sekaligus karena sangat beresiko dan sakit. Pewarna tato yang digunakan terbuat dari campuran arang dan air tebu yang dipanaskan dengan tempurung kelapa, dan memiliki teknik pembuatan tato dilakukan dengan mengetok-ngetok menggunakan jarum. Orang yang baru ditato dilarang untuk mengkonsumsi makanan berminyak karena minyak akan menyerap ke kulit yang menyebabkan tato tidak berbentuk. Dan bagian tubuh yang sudah ditato akan diolesi oleh daun kukuet (sejenis daun lengkuas) untuk mencegah infeksi dan bengkak.

Proses Titi yang dilakukan oleh Sikerei

Seluruh rangkaian kegiatan ini dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung, bahkan wisatawan juga bisa membuat tato di desa ini. Selain itu wisatawan juga bisa melihat proses pembuatan panah beracun yang terbuat dari cabe, batang ragi, akar laingik atau tuba, kulit kayu lappak, dan bagglau atau lengkuas. Kulit kayu ragi yang udah dikupas dan diparut hingga runcing dicampurkan ke ramuan dari bahan-bahan tadi, Panah beracun ini biasanya digunakan untuk berburu hewan. Selain itu wisatawan juga dapat mengikuti berbagai aktivitas masyarakat setempat seperti pengolahan sagu, berburu dan mengonsumsi ulat sagu, panen keladi, dan paliggagra atau mencari ikan di sungai.

 

Sumber berita: https://superlive.id/superadventure/artikel/place-gears/desa-wisata-muntei-destinasi-di-mentawai-yang-punya-seni-tato-tertua

https://travel.okezone.com/read/2023/10/19/406/2904611/mengenal-titi-tato-tertua-di-dunia-milik-suku-mentawai#:~:text=Suku%20Mentawai%20dikenal%20sebagai%20bangsa,baru%20dikenal%20pada%201300%20SM.

Sumber gambar: https://travel.okezone.com/read/2023/10/19/406/2904611/mengenal-titi-tato-tertua-di-dunia-milik-suku-mentawai#:~:text=Suku%20Mentawai%20dikenal%20sebagai%20bangsa,baru%20dikenal%20pada%201300%20SM.

https://harianhaluan.id/pariwisata/hh-56032/daya-pikat-desa-wisata-muntei/