Literature Review.

Perdebatan yang sedang berlangsung mendorong seruan untuk memanusiakan Industri 4.0, yang digaungkan dalam konsep Industri 5.0 yang sedang berkembang, yang menganjurkan pendekatan teknologi yang lebih bertanggung jawab dan manusiawi. Bersamaan dengan itu, para pendukung Pariwisata 5.0 menekankan perlunya menyelaraskan teknologi dengan berbagai kebutuhan pariwisata manusia dan meningkatkan aksesibilitas untuk pengalaman perjalanan yang lebih inklusif dan bermakna.

Revolusi Industri Keempat, yang juga dikenal sebagai Industri 4.0, adalah kerangka konseptual yang menekankan integrasi teknologi canggih seperti robotika, kecerdasan buatan, dan Internet of Things (IoT) ke dalam operasi manufaktur dan rantai pasokan untuk meningkatkan fleksibilitas, produktivitas, dan efisiensi bisnis. Integrasi ini juga memfasilitasi pengambilan keputusan dan kustomisasi yang lebih terinformasi (Ustundag & Cevikcan, 2017).

Ada keyakinan bahwa kemajuan dan inovasi teknologi berpotensi membawa perubahan positif, memecahkan masalah, dan meningkatkan berbagai aspek kehidupan (Pencarelli, 2019). Ada anggapan yang melekat bahwa kemanjuran operasional teknologi informasi pariwisata dan kemajuan teknologi Industri 4.0 lainnya ditingkatkan untuk memberi manfaat bagi wisatawan dan masyarakat luas (Stankov & Gretzel, 2021).

Kebutuhan akan pendekatan Pariwisata 5.0 bermula dari dua faktor, yakni kecepatan teknologi yang terus berkembang dan kemampuan teknologi yang berbeda-beda pada setiap individu (Cimbaljević et al., 2023; Stankov & Filimonau, 2020). Seiring dengan semakin pentingnya teknologi dalam setiap aspek perjalanan, memastikan aksesibilitas universal telah beralih dari sekadar pertimbangan untuk penyediaan informasi pariwisata (Domínguez Vila et al., 2020; Silva & Borges, 2020; Stankov et al. 2023) menjadi kebutuhan yang sangat penting. Dengan kemajuan teknologi, diharapkan bahwa tingkat integrasi aksesibilitas ke dalam desain layanan pariwisata akan meningkat secara eksponensial (Kadijević et al., 2016) (lihat Gambar 1). Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh teknologi itu sendiri (Industri 4.0) tetapi juga oleh pergeseran persepsi mengenai pentingnya teknologi bagi lingkungan sosial-ekonomi dan kesejahteraan umum (Industri 5.0).

Dengan menyelaraskan kemajuan teknologi dengan prinsip-prinsip yang berpusat pada manusia, keberlanjutan, dan ketahanan, Industri 5.0 dapat mengkatalisasi pendefinisian ulang hubungan antara teknologi dan pariwisata (Filimonau et al., 2022; Orea-Giner et al., 2022). Eksplorasi Industri 5.0 dalam industri pariwisata menghadirkan prospek yang menarik untuk memanfaatkan teknologi tidak hanya karena kemampuannya yang inovatif tetapi juga untuk memastikan bahwa manfaatnya dapat dicapai secara universal, yang mendorong pengalaman perjalanan yang lebih inklusif dan memperkaya bagi semua orang.

Pendekatan yang berpusat pada manusia mempertimbangkan seluruh ekosistem perjalanan, yang menekankan perlunya memberikan dampak yang menguntungkan bagi penduduk lokal dan lingkungan (Boes et al., 2016; Cassia et al., 2020). Pendekatan yang berpusat pada manusia menghargai kepekaan budaya dan keaslian lokal (Kovačić, dkk., 2024; Vujičić dkk., 2023). Teknologi digunakan sebagai fasilitator untuk menghargai dan meningkatkan pengalaman budaya yang autentik, bukan sebagai penggantinya (Anaya & Lehto, 2020; Lengyel, 2020). Aplikasi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), misalnya, dapat memberikan pengalaman budaya yang mendalam, yang memungkinkan wisatawan menjelajahi tempat-tempat bersejarah atau terhubung dengan tradisi lokal dengan penuh rasa hormat dan menarik (Leung dkk., 2022)

Chatbot bertenaga AI (misalnya, chatbot Booking.com) dan asisten virtual memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pengguna guna memahami preferensi mereka dan menawarkan rekomendasi perjalanan yang disesuaikan (Hanji dkk., 2024). Saat wisatawan menjelajahi lokasi baru, aplikasi AR dapat memanfaatkan AI untuk menyediakan navigasi dan informasi waktu nyata tentang situs bersejarah, landmark, dan tempat menarik (Chen et al., 2020).

Dengan mengikuti peta jalan UE untuk Industri 5.0 (Breque et al., 2021; Pizoń & Gola, 2023), sektor pariwisata harus mengikuti jalur yang sama dalam menjadikan Pariwisata 5.0 sebagai agenda praktis dan penelitian. Dalam hal itu, beberapa langkah harus diusulkan.;

1. Mengadopsi Pendekatan Berpusat pada Manusia secara Mendalam terhadap Teknologi Digital Termasuk Kecerdasan Buatan.
2. Investasi dalam Pendidikan Literasi Digital.
3. Menempatkan Fokus pada Kepekaan Budaya.
4. Menemukan Cara Terbaik untuk Berkolaborasi dengan Berbagai Pemangku Kepentingan Pariwisata.

Dengan menggabungkan langkah-langkah ini, industri pariwisata dapat secara lebih sistematis memanfaatkan manfaat teknologi Industri 5.0 sambil memprioritaskan kesejahteraan, kepuasan, dan pertimbangan etika wisatawan dan pemangku kepentingan lainnya.

Di sini, pertanyaan penting dapat diajukan: apakah aksesibilitas hanya sekadar memamerkan kemampuan teknologi, tipu muslihat dangkal yang mirip dengan “pencucian etika” (Wright, 2023)? Pertanyaan yang muncul adalah apakah inisiatif aksesibilitas dalam teknologi juga dapat berfungsi sebagai fasad, yang berpotensi dirancang untuk memproyeksikan citra positif tanpa komitmen sejati terhadap inklusivitas sejati.